Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Januari 2014

Hatta Sosok Pemimpin Masa Depan

Sudah menjadi rahasia umum, menjelang pemilihan umum banyak janji manis yang dilontarkan partai politik (parpol) terkait harapan yang akan diberikan kepada pemilihnya kelak jika dirinya terpilih. Namun, ironisnya janji tersebut pada akhirnya hanya sebatas ungkapan untuk meraih dukungan. Fenomena ini lah yang pada akhirnya menunjukan keberadaan partai politik maupun kandidat yang di usung partai untuk dicalonkan memimpin negeri ini belum mampu memainkan peran dan fungsinya dalam mengaspirasikan kepentingan rakyat. Terlihat mereka yang maju di pemilu hanya mengutamakan kepentingan partai itu sendiri maupun nafsu birahi politik sesat. Ironisnya berkaca dari permasalahan yang ada keberadaan parpol secara terus menurus justru lebih memilik menjadikan rakyat sekedar menjadi objek kepentingan  politik, terutama dalam masa pemilihan.
 
Sepatutnya parpol berperan dan berfungsi menjadikan masyarakat agar lebih maju dan memahami peran dan fungsi keberadaan parpol itu sendiri dengan mengembangkan masyarakat dari objek  berkembang menjadi subjek politik, yang mampu mengarahkan realitas politik untuk berpihak kepada kepentingan rakyat. Rakyat tidak hanya diarahkan atau ditingkatkan kesadarannya untuk membangun komitmen politik dengan elite politik. Tetapi dikuatkan pula kemampuan untuk menciptakan sebuah komitmen sosial ditengah-tengah kehidupan masyarakat. munculnya kader karbitan menghiasi parpol. pada hal langkah ini dapat melemahkan sistem demokrasi yang sedang dibangun di negeri ini.
 
Di era keterbukaan saat ini, sudah menjadi kewajaran  mereka yang ingin menjadi kontestan, mulai mempersiapkan berbagai upaya agar meraih dukungan. Namun, yang patut digaris bawahi setidaknya dalam meraih dukungan tersebut menggunakan cara-cara yang elegant. Langkah Partai Amanat Nasional (PAN) yang berusaha menjadi partai yang benar-benar menjalankan amanat rakyat, terliat jelas dari langkah awal pengrekrutan kader partai yang dipersiapakan maju pada pemilu mendatang. 
 
Berdasarkan hasil verifikasi administrasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), mengumumkan dari 6.577 caleg yang didaftarkan oleh parpol, sebanyak 4.701 atau lebih dari setengahnya tidak memenuhi syarat administrasi. Temuan ini sekaligus menunjukan sejumlah partai politik dan calon legislatif (caleg) yang hendak berlaga di pentas demokrasi 2014 tidak serius. 
 
Berbeda dengan partai berlambang matahari terbit, partai ini telah membuktikan  menjadi salah satu partai yang meloloskan calon terbanyak dari hasil verifikasi bakal calon legislatif Komisi Pemilihan Umum. Hasil ini, menjadi bukti efektifnya kepemimpinan di PAN. Partai yang terlahir seiring bertiupnya angin reformasi ini, telah meloloskan 396 caleg. Realitas ini sekaligus  menunjukkan partai berlambang matahari itu  dipimpin seorang yang sungguh piawai dan tertib dalam administrasi. 
 
Tak mengerankan jika partai ini begitu diminati partai yang dinyatakan tidak lolos mengikuti Pemilu 2014 oleh KPU. Seperti yang dilakukan Partai Damai Sejahtera (PDS). meski partai ini didukung mayoritas pemilih kalangan krisitian dan PAN selama ini identik denganpartai islam terbesar di Indonesia, dengan pemilih mayoritas kalangan muslim dan Muhammadyah. Kenyataan ini tak menghalangi keduanya untuk berkoalisi. Ketua Umum PAN saat ini dikenal sebagai tokoh pluralis dan terbuka. Latar belakang ini lah yang mendasari PDS menjadi bagian dalam mengapai kemenangan PAN dalam mengusung Hatta sebagai Presiden 2014 mendatang. 
 
Posisi Hatta, dianggap pemimpin yang mampu mensejahterakan masyarakat. Anggapan ini didasari langkah dan pemikiran yang selalu berupaya mementingkan kepentingan rakyat diatas segala-galanya. Tak mengherankan, ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan membicarakan permasalahan partai. Tak dipungkiri lagi, di bawah kendali konseptor program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) inilah beberapa program pemerintah seperti PNPM-Mandiri dan MP3EI meraih kejayaan. Posisi ini sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara urutan kedua terbaik di G20 dan negara dengan pertumbuhan tertinggi ditenga-tengah guyuran krisis gobal yang menghantui belahan dunia. Tercatat pertumbuhan 6.4% pada 2012 lalu telah mengukir sejarah sebagai pertumbuhan tertinggi sejak negeri ini ada.
 
Negeri ini, memerlukan pemimpin yang mampu menjadi panutan, pemimpin yang benar-benar dicintai rakyatnya dan pemimpin yang benar-benar menyerahkan dharma baktinya untuk bangsa dan negera. Hatta Rajasa merupakan sosok yang memenuhi kriteria sebagai pemimpin ke depan. Dapat dipastikan kandidat 2014 semuanya merupakan capres yang hanya mementingkan ambisi dan kandidat yang pernah mengikuti pilpres pada pemilihan sebelumnya. 
 
Selama ini, Ketua Umum PAN, lebih memilih bekerja dibandingkan meributkan ambisi. Kepiawaian Hatta di panggung politik penulis menilai cukup gemilang, apa lagi jika dilihat back ground dirinya yang berasal dari kalangan bisnis. Namun, pada kenyataannya dirinya telah berhasil baik di bidang birokasi, politik dan entepreuner.  Jadi, sangat jelas  suami dari Drg. Oktiniwati Ulfa Dariah adalah tokoh yang sangat mumpuni di segala bidang. Tak mengherankan pada akhirnya dirinya begitu di minati kandidat dan partai lainnya yang mengiginkan menjadikan pasangan pada pemilihan pilpres 2014, atau pun sekedar menjadi bagian partainya. 
 
Dalam sebuah percakapan  dengan Pemimpin Redaksi Tokoh Indonesia  Ch. Robin Simanullang, pada Rabu 4 Desember 2002 lalu.  Ketua Umum PAN berpendapat, "power is not our ultimate goal." "Tujuan utama kita adalah mewujudkan Indonesia baru yang demokratis, berkeadilan, terbuka, dalam masyarakat majemuk yang saling menghormati," dalam kesempatan yang sama dirinya menegaskan,  bukan karena keinginan diri pribadinya berkuasa, tetapi sebagai kader PAN ingin mengabdikan diri kepada bangsa. Tak mengherankan, selama ini dirinya lebih mementingkan kepentingan bangsa dibandingkan membicarakan permasalahan partai. 
 
Kemampuan berkomunikasi pun telah ditunjukan dengan elegan, saat suasana politi yang memanas menjelang Pemilu presiden 8 Juni 2009, Hatta mampu menghidupkan komunikasi politik yang lama buntu antara Megawati Soekarnoputri (PDIP) dengan SBY (Partai Demokrat). 
 
Realitas ini menunjukan, Hatta merupakan figur Kuat Capres 2014. Matang dalam pemerintahan, pandai mengendalikan ekonomi, cekatan dalam mengatasi masalah, bisa diterima oleh semua kalangan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Langkah ini sekaligus Hatta menunjukan bahwa era sensasi sudah lewat, digantikan pemimpin yang mampu menghasilkan kebijakan tepat dan nyata, tanpa publikasi sensasional berlebih maupun mencari dukungan agar terpilih kembali.
 
 
Tommy Maulana
Pemerhati Sosial Politik

PAN Pertanyakan Konsistensi Yusril

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Amanat Nasional mempertanyakan konsistensi Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra yang menyebut pelaksanaan Pemilu 2014 inkonstitusional. Jika Yusril tidak menarik Partai Bulan Bintang dari keikutsertaannya di pemilu, itu akan menimbulkan pertanyaan soal sikap Yusril yang menyatakan Pemilu 2014 inkonsistusional. 

"Tentu sebagian masyarakat akan mempertanyakan konsistensi sikap Bang Yusril selaku Ketua Dewan Syuro/penasihat DPP PBB, sebagai salah satu partai politik peserta Pemilu Legislatif 2014. Apakah Bang Yusril menyarankan atau menginstruksikan PBB tetap ikut Pemilu Legislatif 2014 atau tidak?" ujar Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi, di Jakarta, Jumat (24/1/2014). 

Viva menuturkan, keputusan MK bersifat final dan mengikat sehingga harus dipatuhi dan dilaksanakan. Tidak ada upaya hukum lain yang bisa ditempuh untuk menganulir atau membatalkan keputusan MK. Dengan demikian, Viva pun memaklumi jika ada keberatan atas keputusan MK tersebut. 

Dia berpendapat ada perbedaan sudut pandang antara Yusril dan MK. Pandangan Yusril lebih ke perspektif legal formal, sedangkan pandangan MK lebih ke perspektif interpretasi legal futuristik. "Artinya MK tidak membatasi pemahaman terhadap undang-undang secara gramatikal an sich, (harafiah), tetapi keputusan MK bersifat bersyarat karena memperhatikan dan mempertimbangkan aspek sosial, politik, dan budaya. Jadi, penafsirannya tidak sekadar legal formalistik, meski konstitusi itu bersifat normatif," ucap Viva. 

Selanjutnya, Viva melihat pendapat yang menyatakan bahwa jika jadwal pileg dan pilpres dilaksanakan tahun 2019, hasil Pileg dan Pilpres 2014 cacat hukum dan inskonstitusional adalah tidak benar.

"Selama MK dalam amar putusan tidak menyatakan UU Pilpres bertentangan dengan UUD 1945, maka produk hukumnya tetap sah dan proses politiknya pun bersandarkan pada hukum yang berlaku," kata anggota Komisi IV DPR ini.