Cari Blog Ini

Senin, 24 Maret 2014

Hatta Rajasa: Jangan Jual Beli Suara!

INILAH.COM, Sumedang - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa mengungkapkan kekagumannya pada alam dan kultur Sumedang. Hatta mengaku mengetahui Sumedang dengan segala alam dan budayanya melalui sejarah kasundaan.

"Saya itu tahu Sumedang dari cerita dan sejarah kasundaan begitu, Sumedang itu wilayah yang sangat bagus alamnya termasuk kultur dan budaya masyarakatnya. Saya kagum dengan semuanya," kata Hatta mengawali orasi politiknya saat berkampanye di Lapang Ciawi, Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Jumat (21/3/2014).

Hatta tampil di atas panggung di hadapan ribuan massa partainya pukul 15.00 WIB. Sebelumnya Hatta dijadwalkan tiba di Jatinangor pukul 13.00 namun baru datang menjelang sore. Massa PAN dihibur dengan artis pendukung kampanye di atas panggung. Hengki Kurniawan, pemain sinetron yang kini jadi caleg DPR RI dari PAN turut menghibur pendukung yang memadati lapangan ini sejak pagi.

Kepada ribuan kader partainya, Hatta kemudian berpesan untuk tidak melakukan transaksional atau jual beli suara.

"PAN tidak melakukan jual beli suara. Jauhi transaksional politik seperti itu karena PAN tidak berpolitik uang," tandas Hatta. [rni]

Massa PAN Menanti Hatta Rajasa di Jatinangor

INILAH.COM, Sumedang - Ribuan massa PAN sudah berkumpul di Lapang Ciawi, Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Jumat (21/3/2014). Siang hari ini, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dijadwalkan akan hadir di lapangan ini untuk memberikan orasinya ke seluruh caleg PAN dan massanya.

Hatta Rajasa akan transit terlebih dahulu di Hotel Puri Khatulistiwa, Desa Cibeusi, Jatinangor. Di tempat ini, ratusan petinggi PAN tingkat provinsi dan kabupaten berkumpul untuk menyambut ketua umumnya.

“Ketua Umum PAN akan tiba sekitar pukul 14.30 ke Hotel Puri Khatulistiwa lalu bergerak menuju Lapang Ciawi, Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor. Di sini ribuan massa sudah menunggu sejak pagi untuk mendengarkan orasi politik,” kata Iwan Setiawan, Calon Legislatif dari PAN, Jumat (21/3/2014).

Dalam orasinya nanti, seluruh caleg dari PAN akan mendapatkan petunjuk dan arahan dari ketua umum partai tentang bagaimana meraih suara. Salah satunya dengan memanfaatkan basis-basis massa PAN yang cukup tersebar terutama di Sumedang.

“Basis massa PAN tersebar dimana-mana dan di tengah-tengah massa itu kami berkesempatan mengajak dan menawarkan visi misi partai dan caleg kepada masyarakat lain atau masaa mengambang,” ucap Iwan.

Pada Pileg 2009 lalu, PAN meraih suara sebanyak 33.853 yang berhasil menempatkan tiga orang calegnya menjadi anggota DPRD Sumedang Periode 2009-2014. PAN berada di urutan ke enam setelah PKS dan sebelum PBB. [rni]

Hatta Rajasa Punya 100 kembaran di Jatinangor

JAKARTA --  Usai Salat Jumat, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dijadwalkan berkampanye di Lapangan Jatinangor, Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/3).
Banyak yang unik dalam kampanye yang akan dilakukan Hatta yang juga Menteri Koordinator Perekonomian ini. Pada pendukung Hatta dari Hatta Rajasa Fans Community (HRFC) Cabang Bandung akan menyambutnya dengan berbagai aksi simpatik.

Sedikitnya, 100 lebih relawan Hatta akan mengenakan silver hair wig atau rambut palsu putih dan topeng wajah Hatta. Mereka menyambut Hatta di pintu masuk Lapangan Jatinangor.
Koordinator HRFC Cabang Bandung, Kiki mengatakan aksi 100 relawan ‘kembaran’ Hatta itu sebagai bentuk dukungan dan pemberitahuan bahwa bekas Menteri Riset dan Teknologi itu ada dimana-mana.
"Pak Hatta itu identik dengan rambut putih. Kami sengaja meniru sosok beliau dengan tujuan memberitahu masyarakat bahwa sosok Hatta ada dimana-mana, ada di kerumunan masyarakat. Ini merupakan bukti bahwa dia pemimpin yang dekat dengan rakyat,” kata Kiki dalam siaran persnya, Jumat (21/3).
Selain menyambut di Lapangan Jatinangor, 100 kembaran Hatta, itu akan membagi-bagikan buku serta stiker.
Mereka juga melakukan aksi treatikal untuk menggambarkan sosok Hatta yang sudah bekerja nyata siang dan malam untuk membangun Indonesia.
Sedangkan Koordinator Nasional HRFC  Ali Rahman mengatakan bahwa aksi simpatik dan kreatif ‘kembaran’ Hatta tidak hanya dilakukan di Bandung.
Untuk sejumlah daerah yang menjadi titik kampanye PAN dan Hatta, seperti di Jawa Timur dan DKI Jakarta, para relawan HRFC juga akan melakukan hal yang sama.
"Pokoknya Hatta akan ada dimana-mana. Di setiap titik kampanye, di kerumunan masyarakan, di pasar dan dimana mana saja, Hatta akan ada disana,” kata Ali.
Menurut Ali, aksi ‘kembaran’ Hatta ini murni datang dari masyarakat yang sukarela mendukung Hatta untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2014.
"Kita tahu bahwa Pak Hatta adalah sosok pemimpin yang amanah, sederhana dan selalu bekerja untuk bangsa dan rakyat. Itulah alasan kenapa kami mendukungnya," pungkas Ali. (boy/jpnn)

Rabu, 05 Maret 2014

Amien Rais: Belum Ada Capres yang Bagus

WartaNews, Jakarta - Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais menilai para calon presiden (capres) yang kini bermunculan belum memiliki kapabilitas untuk memimpin Indonesia.

Hal tersebut ia ungkapkan disela pemutaran Film 99 Cahaya dilangit Eropa Part 2, Senin (3/3). Seperti diketahui, kini banyak yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden. Mulai dari perwakilan partai politik (Parpol), sampai diri dari jalur independen.

Namun, para calon presiden ini dianggap Amien Rais belum ada yang cocok. Amien berpendapat para capres seharusnya berpikir bukan hanya bagaimana menjadi presiden. Tapi sudah harus berpikir mau diapakan bila telah menjadi presiden.

Selain itu, ia menambahkan, jika para capres saat ini hanya terlihat mengkampanyekan mengenai pencitraan diri. "Indonesia masih miskin dan banyak pengangguran," tegas Amien Rais. Dia berharap agar setiap calon presiden sudah berpikir panjang bagaimana mereka akan memimpin Indonesia. Apakah dengan sistem ekonomi padat yang terjadi saat ini. Ataukah memuali dengan wacana baru sesuai UUD.

Saat ditanyakan mengenai partai amanat nasional dalam Pemilu saat ini. Amien yakin bila partai yang pernah dia pimpin akan masuk kejajaran elit partai politik." Saya yakin bisa masuk empat besar," tutur Amien. (*/vik)

Senin, 27 Januari 2014

The Living Platform

Pada tulisan terdahulu kita mengupas tentang Menghidup-hidupi partai menjadi partai yang hidup. Dalam istilah jawa: Urip sing urup. Kata urup biasanya dilekatkan pada api (gheni-jawa) yang membara, perumpamaan semangat yang menyala. Penulis terdorong untuk melanjutkan pembahasan tentang “menghidupkan” partai oleh berbagai tanggapan yang menginspirasi dan mencerahkan yang dikirim pembaca lewat email maupun pesan singkat. Beberapa diskusi kecilpun berlanjut.
Saudaraku yang budiman, untuk dapat menghentakkan kesadaran kita tentang makna penting suatu keteladanan kita perlu bertanya kepada diri kita masing-masing: Sudah berapa lama saya menjadi kader PAN? Sudah berapa tahun saya menjadi pengurus PAN? Sudah berapa periode saya menjadi anggota dewan dari PAN? Sudah berapa periode saya diamanati menjadi bupati/wakil bupati, walikota/wakil walikota, gubernur/wakil gubernur, menteri- dll-nya karena jasa (dorongan) PAN? Pertanyaan itu enteng, namun memerlukan kejujuran nurani untuk menjawabnya.
Betapapun nuranilah yang akan mengklasifikasi setiap jawaban yang timbul dari lubuk hati. Lantas seberapa berat timbangan aktifitas kita yang telah kita curahkan untuk “membayar” jasa ke Partai yang telah mendorong/mengantar kita sampai ke tempat sekarang ini. Tempat lebih tepat bukan saja kemewahan dalam  jabatan dan materi . Adakah kita mendapatkan apa saja karena jasa partai ini, sekecil apapun: pengalaman, nama baik, ketenaran, persahabatan, peluang dan kesempatan, kemudahan?? Semakin besar karena jasa partai kita mendapatkan itu semua semakin besar pula kerja, semangat pengabdian dan loyalitas yang mesti kita persembahkan pada partai…
Dalam setiap kata yang terangkai menjadi kalimat-kalimat di Platform partai kita, semuanya adalah tujuan adiluhung yang mesti kita wujudkan bersama. Kita tidak bisa mewujudkannya sendiri-platform partai adalah kumpulan visi, misi dan cita-cita bersama. Marilah kita ambil satu, dua, tiga atau seberapapun yang kita mampu lekatkan ke dalam penjiwaan dan langkah fisik kita, diperas, dikristalkan menjadi nilai hidup yang mewujud dalam berpartai, dalam mengisi setiap kekosongan dan kebutuhan bagi organisasi dan bangsa ini. 
The Living Platform (prototype orang PAN) tak bisa hanya mewujud pada satu orang. Sekarang kita punya para senior seperti (mohon maaf tak menuliskan nama gelar atau sebutan kehormatan: Bapak dll)  Amien Rais, A.M Fatwa, Albert Hasibuan, Miranti Abidin yang masih bersama kita menjadi The Living Platform. Kita juga punya Hatta Rajasa, Zulkifli Hasan, Taufik Kurniawan, Drajad Wibowo, Azwar Abubakar, Didik Rachbini, Tjatur Sapto Edy, Bara Hasibuan dan orang-orang yang tak muncul di publik dan mungkin dunia media tak mengenalnya, tapi sesungguhnya keteladannannya adalah perwujudan dari cita-cita PAN. Platform PAN adalah rumah Indonesia masa depan yang ingin kita bangun bersama-bukan sendiri-sendiri. Sudah saatnya kita memberikan jawaban tegas ketika ada pertanyaan: Siapa the living platform itu? Jawabannya: saya! Setiap kita yang sadar dan penuh semangat sebagai kader PAN. Kumpulan (saya) orang sebagai entitas keteladanan itulah the living platform.
Saudaraku, tak lama lagi kita akan menghadapi kerja besar: pemilu legislatif di semua jenjang. Sadarkah bila seluruh atribut (jabatan/kehormatan/materi) yang kita miliki saat ini karena kita orang PAN tak lagi berarti apa-apa ketika kita gagal pada pemilu legislatif 2014? Partai memanggil kita: kita sedang melawan “kutukan” tiga kali pemilu berturut-turut sebagai 5 besar parpol. Kita ingin 3 besar atau bahkan nomor satu…
Kita wajib “membayar” seimbang jasa yang telah kita dapatkan dari partai ini… (AS)

Sabtu, 25 Januari 2014

Hatta Sosok Pemimpin Masa Depan

Sudah menjadi rahasia umum, menjelang pemilihan umum banyak janji manis yang dilontarkan partai politik (parpol) terkait harapan yang akan diberikan kepada pemilihnya kelak jika dirinya terpilih. Namun, ironisnya janji tersebut pada akhirnya hanya sebatas ungkapan untuk meraih dukungan. Fenomena ini lah yang pada akhirnya menunjukan keberadaan partai politik maupun kandidat yang di usung partai untuk dicalonkan memimpin negeri ini belum mampu memainkan peran dan fungsinya dalam mengaspirasikan kepentingan rakyat. Terlihat mereka yang maju di pemilu hanya mengutamakan kepentingan partai itu sendiri maupun nafsu birahi politik sesat. Ironisnya berkaca dari permasalahan yang ada keberadaan parpol secara terus menurus justru lebih memilik menjadikan rakyat sekedar menjadi objek kepentingan  politik, terutama dalam masa pemilihan.
 
Sepatutnya parpol berperan dan berfungsi menjadikan masyarakat agar lebih maju dan memahami peran dan fungsi keberadaan parpol itu sendiri dengan mengembangkan masyarakat dari objek  berkembang menjadi subjek politik, yang mampu mengarahkan realitas politik untuk berpihak kepada kepentingan rakyat. Rakyat tidak hanya diarahkan atau ditingkatkan kesadarannya untuk membangun komitmen politik dengan elite politik. Tetapi dikuatkan pula kemampuan untuk menciptakan sebuah komitmen sosial ditengah-tengah kehidupan masyarakat. munculnya kader karbitan menghiasi parpol. pada hal langkah ini dapat melemahkan sistem demokrasi yang sedang dibangun di negeri ini.
 
Di era keterbukaan saat ini, sudah menjadi kewajaran  mereka yang ingin menjadi kontestan, mulai mempersiapkan berbagai upaya agar meraih dukungan. Namun, yang patut digaris bawahi setidaknya dalam meraih dukungan tersebut menggunakan cara-cara yang elegant. Langkah Partai Amanat Nasional (PAN) yang berusaha menjadi partai yang benar-benar menjalankan amanat rakyat, terliat jelas dari langkah awal pengrekrutan kader partai yang dipersiapakan maju pada pemilu mendatang. 
 
Berdasarkan hasil verifikasi administrasi Komisi Pemilihan Umum (KPU), mengumumkan dari 6.577 caleg yang didaftarkan oleh parpol, sebanyak 4.701 atau lebih dari setengahnya tidak memenuhi syarat administrasi. Temuan ini sekaligus menunjukan sejumlah partai politik dan calon legislatif (caleg) yang hendak berlaga di pentas demokrasi 2014 tidak serius. 
 
Berbeda dengan partai berlambang matahari terbit, partai ini telah membuktikan  menjadi salah satu partai yang meloloskan calon terbanyak dari hasil verifikasi bakal calon legislatif Komisi Pemilihan Umum. Hasil ini, menjadi bukti efektifnya kepemimpinan di PAN. Partai yang terlahir seiring bertiupnya angin reformasi ini, telah meloloskan 396 caleg. Realitas ini sekaligus  menunjukkan partai berlambang matahari itu  dipimpin seorang yang sungguh piawai dan tertib dalam administrasi. 
 
Tak mengerankan jika partai ini begitu diminati partai yang dinyatakan tidak lolos mengikuti Pemilu 2014 oleh KPU. Seperti yang dilakukan Partai Damai Sejahtera (PDS). meski partai ini didukung mayoritas pemilih kalangan krisitian dan PAN selama ini identik denganpartai islam terbesar di Indonesia, dengan pemilih mayoritas kalangan muslim dan Muhammadyah. Kenyataan ini tak menghalangi keduanya untuk berkoalisi. Ketua Umum PAN saat ini dikenal sebagai tokoh pluralis dan terbuka. Latar belakang ini lah yang mendasari PDS menjadi bagian dalam mengapai kemenangan PAN dalam mengusung Hatta sebagai Presiden 2014 mendatang. 
 
Posisi Hatta, dianggap pemimpin yang mampu mensejahterakan masyarakat. Anggapan ini didasari langkah dan pemikiran yang selalu berupaya mementingkan kepentingan rakyat diatas segala-galanya. Tak mengherankan, ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan membicarakan permasalahan partai. Tak dipungkiri lagi, di bawah kendali konseptor program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) inilah beberapa program pemerintah seperti PNPM-Mandiri dan MP3EI meraih kejayaan. Posisi ini sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara urutan kedua terbaik di G20 dan negara dengan pertumbuhan tertinggi ditenga-tengah guyuran krisis gobal yang menghantui belahan dunia. Tercatat pertumbuhan 6.4% pada 2012 lalu telah mengukir sejarah sebagai pertumbuhan tertinggi sejak negeri ini ada.
 
Negeri ini, memerlukan pemimpin yang mampu menjadi panutan, pemimpin yang benar-benar dicintai rakyatnya dan pemimpin yang benar-benar menyerahkan dharma baktinya untuk bangsa dan negera. Hatta Rajasa merupakan sosok yang memenuhi kriteria sebagai pemimpin ke depan. Dapat dipastikan kandidat 2014 semuanya merupakan capres yang hanya mementingkan ambisi dan kandidat yang pernah mengikuti pilpres pada pemilihan sebelumnya. 
 
Selama ini, Ketua Umum PAN, lebih memilih bekerja dibandingkan meributkan ambisi. Kepiawaian Hatta di panggung politik penulis menilai cukup gemilang, apa lagi jika dilihat back ground dirinya yang berasal dari kalangan bisnis. Namun, pada kenyataannya dirinya telah berhasil baik di bidang birokasi, politik dan entepreuner.  Jadi, sangat jelas  suami dari Drg. Oktiniwati Ulfa Dariah adalah tokoh yang sangat mumpuni di segala bidang. Tak mengherankan pada akhirnya dirinya begitu di minati kandidat dan partai lainnya yang mengiginkan menjadikan pasangan pada pemilihan pilpres 2014, atau pun sekedar menjadi bagian partainya. 
 
Dalam sebuah percakapan  dengan Pemimpin Redaksi Tokoh Indonesia  Ch. Robin Simanullang, pada Rabu 4 Desember 2002 lalu.  Ketua Umum PAN berpendapat, "power is not our ultimate goal." "Tujuan utama kita adalah mewujudkan Indonesia baru yang demokratis, berkeadilan, terbuka, dalam masyarakat majemuk yang saling menghormati," dalam kesempatan yang sama dirinya menegaskan,  bukan karena keinginan diri pribadinya berkuasa, tetapi sebagai kader PAN ingin mengabdikan diri kepada bangsa. Tak mengherankan, selama ini dirinya lebih mementingkan kepentingan bangsa dibandingkan membicarakan permasalahan partai. 
 
Kemampuan berkomunikasi pun telah ditunjukan dengan elegan, saat suasana politi yang memanas menjelang Pemilu presiden 8 Juni 2009, Hatta mampu menghidupkan komunikasi politik yang lama buntu antara Megawati Soekarnoputri (PDIP) dengan SBY (Partai Demokrat). 
 
Realitas ini menunjukan, Hatta merupakan figur Kuat Capres 2014. Matang dalam pemerintahan, pandai mengendalikan ekonomi, cekatan dalam mengatasi masalah, bisa diterima oleh semua kalangan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Langkah ini sekaligus Hatta menunjukan bahwa era sensasi sudah lewat, digantikan pemimpin yang mampu menghasilkan kebijakan tepat dan nyata, tanpa publikasi sensasional berlebih maupun mencari dukungan agar terpilih kembali.
 
 
Tommy Maulana
Pemerhati Sosial Politik

PAN Pertanyakan Konsistensi Yusril

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Amanat Nasional mempertanyakan konsistensi Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra yang menyebut pelaksanaan Pemilu 2014 inkonstitusional. Jika Yusril tidak menarik Partai Bulan Bintang dari keikutsertaannya di pemilu, itu akan menimbulkan pertanyaan soal sikap Yusril yang menyatakan Pemilu 2014 inkonsistusional. 

"Tentu sebagian masyarakat akan mempertanyakan konsistensi sikap Bang Yusril selaku Ketua Dewan Syuro/penasihat DPP PBB, sebagai salah satu partai politik peserta Pemilu Legislatif 2014. Apakah Bang Yusril menyarankan atau menginstruksikan PBB tetap ikut Pemilu Legislatif 2014 atau tidak?" ujar Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi, di Jakarta, Jumat (24/1/2014). 

Viva menuturkan, keputusan MK bersifat final dan mengikat sehingga harus dipatuhi dan dilaksanakan. Tidak ada upaya hukum lain yang bisa ditempuh untuk menganulir atau membatalkan keputusan MK. Dengan demikian, Viva pun memaklumi jika ada keberatan atas keputusan MK tersebut. 

Dia berpendapat ada perbedaan sudut pandang antara Yusril dan MK. Pandangan Yusril lebih ke perspektif legal formal, sedangkan pandangan MK lebih ke perspektif interpretasi legal futuristik. "Artinya MK tidak membatasi pemahaman terhadap undang-undang secara gramatikal an sich, (harafiah), tetapi keputusan MK bersifat bersyarat karena memperhatikan dan mempertimbangkan aspek sosial, politik, dan budaya. Jadi, penafsirannya tidak sekadar legal formalistik, meski konstitusi itu bersifat normatif," ucap Viva. 

Selanjutnya, Viva melihat pendapat yang menyatakan bahwa jika jadwal pileg dan pilpres dilaksanakan tahun 2019, hasil Pileg dan Pilpres 2014 cacat hukum dan inskonstitusional adalah tidak benar.

"Selama MK dalam amar putusan tidak menyatakan UU Pilpres bertentangan dengan UUD 1945, maka produk hukumnya tetap sah dan proses politiknya pun bersandarkan pada hukum yang berlaku," kata anggota Komisi IV DPR ini.